Minggu, 01 Februari 2015

Makalah Kimia Fisik "Kinetika Reaksi"



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kinetika kimia merupakan salah satu cabang ilmu kimia fisika yang mempelajari laju reaksi. Laju reaksi berhubungan dengan pembahasan seberapa cepat atau lambar reaksi berlagsung. Sebagai contoh seberapa cepat reaksi pemusnahan ozon di atmosfer bumi, seberapa cepat reaksi suatu enzim dalam tubuh berlangsung dan sebagainya
Dalam makalah ini menjelaskan mengenai konsep – konsep kinetika kimia tersebut.. Kinetika kimia juga membahas tentang konsep – konsep kinetika seperti : hukum laju,orde reaksi,tetapan kelajuan, kemolekulan , dan faktor yang menyebabkan laju reaksi.Dalam makalah ini juga menjelaskan persamaan laju reaksi,persamaan laju reaksi adalah persamaan matematika yang dipegunakan dalam kinetika kimia yang menghubungkan antara laju reaksi dengan konsentrasi reaktan.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kinetika kimia ?
2.      Bagaimana penetapan hukum-hukum laju atau tetapan laju ?
3.      Apa yang dimaksud dengan orde reaksi ?
4.      Bagaimana menetukan orde reaksi ?
5.      Sebutkan berbagai orde reaksi ?
6.      Faktor apa saja yang mempengaruhi laju reaksi ?
7.      Bagaimana aplikasi kinetika reaksi dalam bidang pangan ?

1.3 Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kinetika kimia.
2.      Untuk mengetahui bagaimana penetapan hukum-hukum laju atau tetapan laju.
3.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan orde reaksi.
4.      Untuk mengetahui bagaimana menentukan orde reaksi.
5.      Untuk mengetahui berbagai macam orde reaksi.
6.      Untuk mengetahui apa saja yang mempengaruhi laju reaksi.
7.      Untuk mengetahui pengaplikasian kinetika reaksi dalam bidang pangan.

1.4 Metode Penelitian
Metode yang di gunakan dalam penyusunan makalah ini merupakan metode tinjauan kepustakaan yang bertujuan untuk mempelajari buku-buku yang relevan dengan masalah yang di teliti. Penelitian ini dilakukan untuk bagaimana aplikasi Kinetika Reaksi dalam bidang pangan.

1.5 Manfaat Penulisan
1.      Bagi Dosen
Bisa dijadikan sebagai acuan dan sumbangsih dalam mengajar terutama pada materi ini agar para peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang.
2.      Bagi Mahasiswa
Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Definisi Kinetika Kimia
Kinetika kimia adalah suatu ilmu yang membahas tentang laju (kecepatan) dan mekanisme reaksi. Berdasarkan penelitian yang mula – mula dilakukan oleh Wilhelmy terhadap kecepatan inversi sukrosa, ternyata kecepatan reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi / tekanan zat – zat yang bereaksi. Laju reaksi dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi atau tekanan dari produk atau reaktan terhadap waktu.
Berdasarkan jumlah molekul yang bereaksi, reaksi terdiri atas :
a.    Reaksi unimolekular : hanya 1 mol reaktan yang bereaksi.
Contoh :  N2O5  → N2O4  +  ½ O2 
b.   Reaksi bimolekular : ada 2 mol reaktan yang bereaksi.
Contoh :  2HI  →  H2  +  I2 
c.    Reaksi termolekular : ada 3 mol reaktan yang bereaksi.
Contoh :  2NO  +  O2  →  2NO2
Berdasarkan banyaknya fasa yang terlibat, reaksi terbagi menjadi :
a.       Reaksi homogen : hanya terdapat satu fasa dalam reaksi (gas atau larutan) 
b.      Reaksi heterogen : terdapat lebih dari satu fasa dalam reaksi
Secara kuantitatif, kecepatan reaksi kimia ditentukan oleh orde reaksi, yaitu jumlah dari eksponen konsentrasi pada persamaan kecepatan reaksi. 

2.2.Penetapan Hukum-hukum Laju atau Tetapan Laju
Suatu persamaan yang memerikan hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi pereaksi disebut persaman laju atau hukum laju. Tetapan kesebandingan k dirujuk sebagai tetapan laju untuk suatu reaksi tertentu. Karena konsentrasi pereaksi berkurang dengan berlangsungnya reaksi. Tetapi tetapan laju k tetap tak berubah sepanjang perjalanan reaksi. Jadi laju reaksi memberikan suatu ukuran yang memudahkan bagi kecepatan reaksi. Makin cepat reaksi makin besar harga k, makin lambat reaksi, makin kecil harga k itu.
Laju atau kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi atupun produk dalam satuan waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter, tetapi untuk reaksi fase gas, satuan tekanan atmosfer, millimeter merkurium, atau pascal, dapat digunakan sebagai ganti konsentrasi.

2.3 Orde Reaksi
Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari konsentrasi dalam persamaan laju. Orde reaksi juga menyatakan besarnya pengaruh konsentrasi reaktan (pereaksi) terhadap laju reaksi.Jika laju suatu reaksi berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari hanya satu pereaksi.
Laju = k [A]
Maka reaksi itu dikatakan sebagai reaksi  orde pertama. Penguraian N2O5 merupakan suatu contoh reaksi orde pertama. Jika laju reaksi itu berbanding lurus dengan pangkat dua suatu pereaksi, atau berbanding lurus dengan pangkat satu konsentrasi dari dua pereaksi.
Laju = k[A]2
Laju = k [A][B]
Maka reaksi itu disebut reaksi orde kedua. Dapat juga disebut orde terhadap masing-masing pereaksi. Misalnya dalam persamaan terakhir itu adalah orde pertama dalam A dan orde dalam B, atau orde kedua secara keseluruhan. Suatu reaksi dapat berorde ketiga atau mungkin lebih tinggi lagi, tetapi hal-hal semacam itu sangat jarang. Dalam reaksi yang rumit, laju itu mungkin berorde pecahan, misalnya orde pertama dalam A dan orde 0,5 dalam B atau berorde 1,5 secara keseluruhan.
Suatu reaksi dapat tak tergantung pada konsentrasi suatu pereaksi. Perhatikan reaksi umum, yang ternyata berorde pertama dalam A. Jika kenaikan konsentrasi B tidak menaikkan laju reaksi, maka reaksi itu disebut orde nol terhadap B. Ini bisa diungkapkan sebagai :
Laju = k[A][B]0 = k[A]
Orde suatu reaksi tak dapat diperoleh dari koefisien pereaksi dalam persamaan berimbangnya. Dalam penguraian N2O5 dan NO2, koefisien untuk pereaksi dalam masing-masing persamaan berimbang adalah 2 tetapi reaksi pertama bersifat orde pertama dalam N2O5 dan yang kedua berorde kedua dalam NO2. Seperti dilukiskan oleh contoh.
Contoh: Perhatikan reaksi umum 2A + 2B → 2AB

2.4 Menentukan Orde Reaksi
a.    Jika tahap reaksi dapat diamati, orde adalah koefisien pada tahap reaksi yang berjalan lambat. Contoh : reaksi 4HBr + O2 -> 2H2O + 2Br2
Berlangsung dalam tahapan sebagai berikut :
1.HBr + O2 -> HBr2O (lambat)
2.HBr + HBr2O -> 2HBrO (cepat)
3.2HBr + 2HBr) -> 2H2O + 2Br2 (cepat)
Maka orde reaksi ditentukan oleh reaksi (1). Persamaan laju reaksi, V = [HBr] [O2]. Orde reaksi total (lihat koefisien reaksi) = 1 + 1 = 2.
b.   Jika tahap reaksi tidak bisa diamati, orde reaksi ditentukan melalu eksperimen, kosentrasi salah satu zat tetap dan kosentrasi zat lain berubah.

2.5 Berbagai Orde Reaksi
a.    Reaksi Orde Nol
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJmaTaz_7CRxLv4m3I1tvm9xQB0WsyZeghGvW0bos-qCLplvCGv3tgtXz5rMco6tEvkS1jYwcO-3nRG_V4Ajmchst-2KW22xLxhxAlSElVnLnQKrCFUtEfsSAkfXEtUYeInHJqCPfrvC4/s1600/kinetika+reaksi+3.png
Gambar 1: Grafik yang menyatakan pengaruh perubahan konsentrasi terhadap laju reaksi
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Artinya, asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan konsentrasi pereaksi itu tidak mempengaruhi laju reaksi.
b.    Reaksi Orde Satu
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZfPuapwKKS3QWAGtkRkYrdwSlR4RqM4EFtoqDxAXjQEDCgbkZ2e2sKv2waQ6Mevcq7vQNyVg8cQaIgOZOohxaZ9nnczHZJ-jKiVwwhEgKE1dBJ7IMM3ugpwnDXIwCVf4O6HhYSMD8LEg/s1600/kinetika+reaksi+4.png

Gambar 2: Grafik yang menyatakan pengaruh perubahan konsentrasi terhadap laju reaksi
Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi pereaksi itu dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31 atau 3 kali lebih besar.
c.       Reaksi Orde Dua
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjO__5JelaOuz4kV7ftpbETMOpiC43Gj8mgnG6ykiDtdF4UJwGKY0T0KViGuHlvFthWtQrrSit5m88he2Y1whyphenhyphenobyI3tHmRzuhR5T5t2b22fiJQKvoPRzlIk8JXorQGkbhDQhV175I0G4c/s1600/kinetika+reaksi+5.png

Gambar 3: Grafik yang menyatakan pengaruh perubahan konsentrasi terhadap laju reaksi
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentrasi zat itu dilipat-tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 32 atau 9 kali lebih besar

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
a.    Sifat dasar pereaksi
Zat-zat berbeda dalam mengalami perubahan kimia. Molekul hidrogen dan flour bereaksi secara meledak, bahkan dalam temperatur kamar menghasilkan molekul hidrogen fluorida.
H2(g) + F2(g) à 2HF(g)  (sangat cepat pada temperatur kamar)
Pada kondisi serupa, molekul hidrogen dan oksigen bereaksi begitu lambat, sehingga tak nampak sesuatu perubahan kimia.
2H2(g) + O2(g) à 2H2O (sangat lambat pada temperatur kamar)
b.   Temperatur
Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur. Biasanya kenaikan sebesar 100C akan melipatkan dua atau tiga laju reaksi antara molekul-molekul. Molekul harus bertumbukan dengan energi yang cukup untuk bereaksi.  Makin  tinggi  suhu,  maka energi kinetik molekul makin tinggi sehingga tumbukan makin sering, laju reaksi makin tinggi.
Pada beberapa reaksi yang umum, laju reaksi makin besar (waktu reaksi makin singkat) 2 kali setiap kenaikan suhu 10oC, sehingga didapatkan rumus:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijs40RVoO8n9pf9PmdtE1BnvgMbRPt5l0ofTt7RBxG7iz6B83GHWXUlpqEX_nMbLg9_IILqaIdiDek3u_kMa58aGNRl6oJxTm7DZeHDoJSuGxIB9tqZmHbytlgKSgQYpMRrFEHJnSkMiQ/s1600/Untitled.png
v   = laju reaksi pada suhu t
Vo = laju reaksi pada   suhu awal
ta  = suhu akhir
to  = suhu awal
DV = perubahan laju reaksi
c.    Penambahan katalis
Katalis adalah zat yang dapat menurunkan energi aktivasi (energi minimum yang diperlukan  agar  suatu  reaksi kimia dapat berlangsung. Penambahan katalis akan mempercepat reaksi.  Alasan mengapa katalis dapat mempermudah dan mempercepat reaksi disajikan dalam grafik antara energi potensial terhadap koordinat reaksi dari persamaan reaksi: A + B→ C 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKtBIuHOqDOHcVeD-OkrcqePQ3Q6s8QRS72lz8ksRwne5L2i3l23cV4_Cmzcr9hnaKaaVNwRo3WHMEiH2CU2jt1rzv3-g4DEU592b2gwoVR9HsRYoK-i9Ng0cRuqpe2I2pevjr8rz1Mcw/s1600/kinetika+reaksi+6.png
Gambar 4. Jika ada reaksi :  A  + B → C ; pada  keadaan awal, yang terdapat pada sistem reaksi hanyalah pereaksi  A dan B. Setelah reaksi  berjalan,  pereaksi  A  dan  B makin berkurang dan hasil reaksi C makin bertambah.  Laju reaksi dapat diukur dengan mengukur penambahan konsentrasi C (produk), atau  pengurangan konsentrasi A/B (pereaksi) tiap satuan waktu.
Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.
Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
Suatu katalis diduga mempengaruhi kecepatan reaksi dengan salah satu jalan:
1. Dengan pembentukan senyawa antara (katalisis homogen)
2. Dengan adsorpsi (katalisis heterogen)
Pembentukan senyawa antara (katalisis homogen). Terdapat banyak contoh reaksi homogen dalam larutan yang laju reaksinnya ditingkatkan dengan adannya zat katalitik.
Tanpa hadirnya katalis, diperlukan waktu berminggu – minggu untuk menghasilkan etil asetat dengan rendaman maksimal. Dengan hadirnya katalis asam, rendaman maksimal dicapai dalam beberapa zat. Sekali lagi, katalis tidak menambah banyaknya etil asetat yang dapat diperoleh pada kesetimbangan, karena laju reaksi maju dan reaksi balik ditingkatkan dengan sama banyak.
Adsorpsi. Banyak zat padat yang bertindak sebagai katalis, dapat mengikat cukup banyak kuantitas gas dan cairan pada permukaan mereka berdasarkan adsorpsi. Dalam beberapa hal naiknya kereaktifan ini dapat disebabkan oleh naiknya konsentrasi molekul yang teradsorpsi, mereka berjejalan pada permukaan zat padat sedangkan dalam keadaan gas, mereka terpisah jauh satu sama lain. Dalam hal – hal lain, gaya tarik antar molekul zat padat dan molekul zat cair atau gas yang teradsorpsi mengakibatkan molekul yang teradsorpsi menjadi aktif secara kimia.
Tidak perlunya dalam suatu campuran reaksi yang teradsorpsi dengan kuat dalam katalis dapat berlaku sebagai penghambat dengan mengurangi luas permukaan yang tersedia.
d.   Pelarut
Banyak reaksi yang terjadi dalam larutan dan melibatkan pelarut. Sifat pelarut baik terhadap reaktan, hasil intermediate, dan produknya mempengaruhi laju reaksi. Seperti sifat solvasi pelarut terhadap ion dalam pelarut dan kekuatan interaksi ion dan pelarut dalam pembentukan counter ion.
e.    Konsentrasi
Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi, atau sebagai laju bertambahnya konsentrasi suatu produk. Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi, karena banyaknya partikel memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin banyak tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan. 
f.    Radiasi elektromagnetik dan Intensitas Cahaya.
Radiasi elektromagnetik dan cahaya merupakan salah satu bentuk energi. Molekul-molekul reaktan dapat menyerap kedua bentuk energi ini sehingga mereka terpenuhi atau meningkatkan energinya sehingga meningkatkan terjadinya tumbukan antar molekul.
g.      Pengadukan.
Proses pengadukan mempengaruhi kecepatan reaksi yang melibatkan sistem heterogen. Seperti reaksi yang melibatkan dua fasa yaitu fasa padatan dan fasa cair seperti melarutkan serbuk besi dalam larutan HCl, dengan pengadukan maka reaksi akan cepat berjalan.

2.7 Aplikasi Kinetika Reaksi dalam Bidang Pangan
Penentuan umur simpan pada produk minuman kemasan yang mengandung vitamin C dengan Model Arrhenius ini berdasarkan pada menurunnya kandungan vitamin C selama penyimpanan (Andarwulan dan Koswara, 1992) dengan menggunakan metoda iodimetri dalam menganalisa kandungan vitamin C. Hal ini berdasarkan sifat vitamin C yang dapat bereaksi dengan iodin dengan indikator amilum. Akhir dari titrasi ini ditandai dengan terbentuknya warna biru dari iod-amilum. Umur simpan pada produk minuman kemasan yang mengandung vitamin C, ditentukan dengan mengetahui penurunan kandungan vitamin C-nya pada suhu 40oC, 50oC dan 60oC.
Penentuan orde reaksi ditentukan berdasarkan kurva. Reaksi dengan orde 0 didapatkan saat kurva yang dibuat menunjukkan hubungan yang linear antara konsentrasi dengan waktu pada berbagai suhu penyimpanan. Reaksi orde 1 menunjukkan hubungan yang linear antara ln konsentrasi terhadap waktu, sedangkan untuk reaksi orde 2 menunjukkan hubungan yang linear antara 1/konsentrasi terhadap waktu. Orde reaksi ditentukan berdasarkan nilai R2 yang paling mendekati 1. Sebagai contoh penentuan orde reaksi dapat dilihat pada Gambar 1.
Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa nilai R2 yang terbesar adalah kurva kinetika reaksi orde 1 sehingga degradasi vitamin C pada minuman kemasan mengikuti reaksi orde 1. Hasil ini sesuai penelitian Sungthongjeen (2004) yang menunjukkan bahwa reaski degradasi vitamin C pada sirup mengikuti kinetika reaksi orde 1, dan teori Labuza (1982). Nilai kemiringan (slope) yang diperoleh pada masing-masing kurva menunjukkan nilai (-) tetapan laju reaksi (k) (hari-1). Nilai masing-masing k dan kurva reaksi degradasi vitamin C pada suhu 40, 50, dan 60 C yang mengikuti kinetika reaksi orde 1 ditunjukkan Tabel 1 dan Gambar 2.
Tabel 1. menunjukkan hasil penelitian dari nilai konstanta laju pada beberapa suhu penyimpanan. Dapat dilihat bahwa kecepatan degradasi vitamin C meningkat dengan meningkatnya suhu. Pada suhu 40°C ke suhu 50°C peningkatannya relatif kecil akan tetapi pada suhu 50°C ke suhu 60°C peningkatan cukup besar, hal ini dikarenakan pada suhu 60°C degradasi kandungan vitamin C mencapai <50%.
Pada dasarnya diketahui bahwa laju reaksi sangat dipengaruhi oleh suhu. Dalam model Arrhenius suhu merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap penurunan mutu produk pangan. Semakin tinggi suhu, maka akan semakin tinggi pula laju reaksi, dengan kata lain semakin tinggi T maka akan semakin tinggi pula nilai k. Hubungan ini berdasarkan pada teori aktivasi, bahwa suatu reaksi perubahan akan mulai berlangsung jika diberikan sejumlah energi minimum yang disebut sebagai energi aktivasi (Ea) (Hariyadi2, 2004)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1.   Kinetika kimia adalah suatu ilmu yang membahas tentang laju (kecepatan) dan mekanisme reaksi.
2.   Laju reaksii memberikan suatu ukuran yang memudahkan bagi kecepatan reaksi. Makin cepat reaksi makin besar harga k, makin lambat reaksi, makin kecil harga k itu.
3.   Orde suatu reaksi ialah jumlah semua eksponen (dari konsentrasi dalam persamaan laju.
4.   Jika tahap reaksi dapat diamati, orde adalah koefisien pada tahap reaksi yang berjalan lambat. Jika tahap reaksi tidak bisa diamati, orde reaksi ditentukan melalu eksperimen, kosentrasi salah satu zat tetap dan kosentrasi zat lain berubah.
5.   Berbagai orde reaksi adalah orde reaksi nol, satu dan dua.
6.   Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sifat dasar pereaksi, temperatur, penambahan katalis, pelarut, konsentrasi, radiasi elektromagnetik dan intensitas cahaya, dan pengadukan.
7.   Aplikasi kinetika reaksi dalam bidang pangan adalah untuk mengukur mutu pada suatu produk pangan.

3.2 Saran
Untuk mahasiswa, memberikan nuansa baru dalam menambah wawasan pengetahuan yang memungkinkan mahasiswa berkesempatan untuk memperbaiki cara dan sikap dalam memahami materi kinetika reaksi.
 
Daftar Pustaka

Ramdhani, Indra. 2010. Makalah Kinetika Kimia. http://indaramadani.blogspot.com. Diakses : 19 Desember 2014
Wiguna, Prayoga. 2012. Makalah Kinetika Kimia. http://www.chayoy.com. Diakses : 19 Desember 2014

Diskusi
1.   Bagaimana katalis bisa mempercepat reaksi dan berikan contoh katalisnya !
Jawab :
Katalis adalah suatu senyawa yang dapat menaikkan laju reaksi, tetapi tidak ikut menjadi reaktan / produk dalam sistem itu sendiri. Setelah reaksi selesai, katalis dapat diperoleh kembali tanpa mengalami perubahan kimia. Katalis berperan dengan menurunkan energi aktifasi. Sehingga untuk membuat reaksi terjadi, tidak diperlukan energi yang lebih tinggi. Dengan demikian, reaksi dapat berjalan lebih cepat. Karena katalis tidak bereaksi dengan reaktan dan juga bukan merupakan produk, maka katalis tidak ditulis pada sisi reaktan atau produk. Umumnya katalis ditulis di atas panah reaksi yang membatasi sisi reaktan dan produk. Contohnya pada reaksi pembuatan oksigen dari dekomposisi termal KClO3, yang menggunakan katalis MnO2. 2 KClO3 → 2 KCl  +  3 O2
2.   Jelaskan kembali mengenai berbagai macam orde reaksi !
Jawab :
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi. Artinya, asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan konsentrasi pereaksi itu tidak mempengaruhi laju reaksi.
Suatu reaksi dikatakan berorde satu terhadap salah satu pereaksinya jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi pereaksi itu. Jika konsentrasi pereaksi itu dilipat-tigakan maka laju reaksi akan menjadi 31 atau 3 kali lebih besar.
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi jika laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu. Apabila konsentrasi zat itu dilipat-tigakan, maka laju pereaksi akan menjadi 32 atau 9 kali lebih besar.
3.      Bagaimana aplikasi kinetika reaksi dalam bidang pangan ?
Jawab :
Aplikasi kinetika reaksi dalam bidang pangan salah satunya untuk mengukur mutu pada produk pangan, misalnya mengukur kadar asam askorbat yang terdapat pada minuman kemasan.

1 komentar: